The 2-Minute Rule for kampus profetik

Salah satu cara yang dapat mendukung terciptanya kerukunan, keharmonisan dalam asrama adalah sikap empati. Empati adalah kemampuan untuk menyadari, memahami, dan menghargai perasaan dan pikiran orang lain (Stein dan Book, 2002). Orang yang empatik adalah orang yang mampu membaca sudut pandang dan emosi orang lain. Orang yang demikian akan peduli pada orang lain dan memperlihatkan minat dan perhatiannya pada orang lain. Konsep empati memang kedengarannya sederhana, tetapi tidak berarti mudah dilaksanakan. Sikap empati diharapkan dapat tumbuh dalam diri masing-masing anggota asrama. Untuk itu perlu ada latihan setiap hari lewat relasi dan (fifty three)

Goleman menyatakan: “Kecerdasan emosi merupakan kemampuan emosi yang meliputi kemampuan untuk mengendalikan diri, memiliki daya tahan ketika menghadapi suatu masalah, mampu mengendalikan impuls, memotivasi diri, mampu mengatur suasana hati, kemampuan berempati dan membina hubungan dengan orang lain” Kecerdasan emosi dapat menempatkan emosi seseorang pada porsi yang tepat, memilah kepuasan dan mengatur suasana hati.

Jika kita bisa mengatur diri sendiri dan menempatkan suatu perasaan pada tempatnya, maka kita dapat menyesuaikan reaksi emosional kita dengan suatu keadaan.

Sementara itu penelitian lain mengungkapkan, bahwa EQ yang dikembangkan dengan baik dapat membantu mencapai tujuan organisasi dan meningkatkan kepuasan kerja. Salah satu hal yang mendukung hal ini adalah hubungan positif yang tercipta di tempat kerja.

Kecerdasan emosional ini sangat diperlukan, khususnya oleh pemimpin atau atasan di dalam suatu organisasi ataupun perusahaan.

Untuk mengubah perasaan negatifmu tentang suatu situasi, kamu harus mengubah cara berpikirmu tentang hal tersebut. Misalnya, cobalah agar tidak mudah berprasangka buruk terhadap tindakan orang. Ingat, mungkin saja ada maksud baik di balik tindakan mereka.

Mempertanyakan “kenapa” pada tujuan kita yang baru akan membantu kita merinci hal-hal apa saja yang akan kita lakukan.

Jika Anda berhasil memahami emosi dan tahu cara mengendalikannya, Anda lebih mampu mengungkapkan perasaan dan memahami perasaan orang lain. Hal ini memungkinkan Anda untuk berkomunikasi lebih efektif dan menjalin hubungan yang lebih kuat, baik di tempat kerja maupun dalam kehidupan pribadi.

Saat berada dalam tekanan, hal paling penting untuk diingat adalah menjaga diri tetap tenang. Misalnya dengan membasuh wajah dengan air dingin atau mulai berolahraga aerobik untuk mengurangi stres.

Kesukarelaan dari pembimbing bisa diwujudkan dalam sifat dan perilaku yang tidak memaksakan kehendaknya untuk membimbing individu, melainkan mampu menciptakan suasana agar individu menyadari bahwa dirinya memerlukan bimbingan. Kerelaan dari yang dibimbing bisa diwujudkan dengan adanya keleluasaan dalam menentukan apakah dirinya perlu diberi bimbingan atau tidak, keleluasaan dalam mengemukakan pikiran dan perasaan, keleluasaan dalam menentukan pilihan dan lain-lain. Shertzen dan Stone ( Winkel, 1997: 66) mengatakan bahwa bimbingan adalah proses membantu orang-orang untuk memahami dirinya dan dunianya/lingkungan. Senada dengan Shertzen dan Stone, Prayitno dkk.

) baru yang mencoba dirumuskan Pak Andhika. Melalui program kelas on the web membaca intensif, di sana ia menjelaskan bahwa ilmu sosial profetik sekarang menjadi dua aliran atau manhaj.

Keterampilan ini bertujuan untuk menempatkan diri Anda dalam situasi baru. Ketika Anda melakukannya, cobalah untuk memperhatikan bahasa tubuh dan menjaga kontak mata. Berlatih mendengarkan secara aktif juga bisa bermanfaat.

Tujuannya agar motivasi kita positip dan kita menjadi bersemangat serta bergairah lagi dalam hidup. Orang yang mampu memotivasi dirinya akan lebih berhasil dalam kehidupannya dibandingkan dengan hamka orang yang menunggu orang lain untuk memperhatikan dirinya. Salah satu ciri dari kemampuan untuk memotivasi diri adalah kepercayaan diri (Self self confidence). Individu yang memiliki motivasi tinggi akan memiliki self self-confidence yang tinggi pula. Ciri utama self self esteem adalah sikap optimis dalam menghadapi berbagai tantangan. Orang yang memiliki (29)

c. Kemampuan untuk menghadapi dan memanfaatkan penderitaan. Kemampuan individu dalam menghadapi penderitaan dan menjadikan penderitaan yang dialami sebagai motivasi untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik di kemudian hari.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *